Cara Berfikir Induktif dan Deduktif (Softskill)
Nama: Yunita Eka Putri Wulandari
Npm: 29113604
Kelas: 3KB02
Disini saya akan membahas tentang cara berfikir induktif dan deduktif
Npm: 29113604
Kelas: 3KB02
Disini saya akan membahas tentang cara berfikir induktif dan deduktif
Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Ciri pertama adalah proses berpikir logis,
dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola
tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua
adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum,
menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang
di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Berfikir
Deduktif adalah suatu langkah pemikiran dan pembelajaran manusia untuk menghubungkan
data dengan fakta yang ada dan dapat mengambil kesimpulan.
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah simpulan yang didapat dari satu atau
lebih pernyataan yang lebih umum. Atau dapat juga di artikan penalaran deduktif
adalah suatu penalaran yang berpatok pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini berupa fakta, dan pada akhir
didapatkan suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus.
Macam
– macam penalaran deduktif:
Silogisme
Cara berfikir formal
yang jarang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti
polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Para
Dewan selagi kampanye menjanjikan “A” ketika sudah menjadi dewan malah memberi
“B”.
Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik
Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif
adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis
minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang
disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor
dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Contoh paragraf Deduktif:
- Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. (sumber)
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang
memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari
satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan,
bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang
diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas
dengan dia benar pula.
Berfikir
Induktif dibagi menjadi 2, yaitu :
Generalisasi
Proses
berfikir dari hal khusus ke hal yang umum dengan hal yang sejenis dari hal yang
diselidiki
- Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah seluruh fakta yang ada di dalam fenomena yang dijadikan sebuah kesimpulan berdasarkan penyelidikan yang terjadi. Contoh : setiap 1 tahun masehi tidak ada yang jumlah hari setiap bulannya lebih dari 31 hari.
- Generalisasi dengan loncatan induktif adalah generalisasi yang kesimpulannya diambil dari sebagian fakta dari suatu fenomena yang berlaku pada fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contoh : kita menyelidiki sebagian mahasiwa gunadarma yang ikut ujian mandiri, lalu kita membuat sebuah kesimpulan bahwa semua mahasiswa gundarma ikut ujian mandiri.
Analogi
Proses
berfikir untuk membuat kesimpulan tentang fakta suatu gejala khusus lain yang
memiliki sifat-sifat penting yang bersamaan. Tujuan dari analogi adalah :
*Meramalkan
persamaan
*Mengadakan
klasifikasi
*Menyingkap
kekeliruan
Contoh paragraf Induktif: Pada saat ini remaja lebih menyukai kebudayaan dari jepang seperti cosplay, harajuku style, maid cafe dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai j-rock, j-metal, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren jepang. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
Contoh paragraf Induktif: Pada saat ini remaja lebih menyukai kebudayaan dari jepang seperti cosplay, harajuku style, maid cafe dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai j-rock, j-metal, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren jepang. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran
deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait
dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara
rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,
sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai
fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara
empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah
bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaanr induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
sumber : https://hasanaguero.wordpress.com/2012/05/14/berpikir-induktif-dan-deduktif/
http://wafaharwindoharlan.blogspot.co.id/2015/03/penalaran-berfikir-deduktif-dan.html
http://wafiq-agito.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-contoh-penalaran.html
sumber : https://hasanaguero.wordpress.com/2012/05/14/berpikir-induktif-dan-deduktif/
http://wafaharwindoharlan.blogspot.co.id/2015/03/penalaran-berfikir-deduktif-dan.html
http://wafiq-agito.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-contoh-penalaran.html
Komentar
Posting Komentar